Apa itu Conversion Rate Optimization (CRO)?
Saat ini, hampir seluruh bisnis menggunakan sosial media dan website untuk meningkatkan tingkat konversi (conversion rate). Dalam digital marketing, konversi adalah tindakan mengubah pengunjung website menjadi pembeli.
Harapannya semakin tinggi traffic website, maka semakin tinggi pula tingkat konversi dan keuntungan yang didapat perusahaan. Tapi kenyataannya ada teknik lebih lanjut yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil tersebut, yaitu conversion rate optimization (CRO).
Dirangkum dari Hubspot dan Hotjar, conversion rate optimization (CRO) adalah proses meningkatkan persentase pengguna atau pengunjung web yang melakukan tindakan tertentu.
Tindakan tersebut, atau yang disebut dengan conversion action bisa mencakup:
- Pengunjung mengeklik iklan banner atau teks di website
- Pengguna mengeklik link atau tautan pada website
- Pengguna mengunduh konten di website
- Pengguna subscribe atau berlangganan konten-konten website
- Pengguna mengisi online form di website
- Pengguna menambahkan produk ke troli website
- Pengguna melakukan pembelian produk di website
Meskipun tindakan di atas tidak selalu berujung pada pembelian secara langsung, hal ini sangat penting karena membuat pengguna selangkah lebih dekat menuju proses pembelian.
Manfaat Conversion Rate Optimization (CRO)
Dikutip dari Digital Marketing Institute, menurut Larry Kim founder WordStream, rata-rata tingkat konversi halaman website adalah sekitar 2,35%. Namun 25% hingga 10% perusahaan terkemuka memiliki tingkat konversi sekitar 5,31% hingga 11,45% atau lebih tinggi.
Dengan menerapkan strategi conversion rate optimization yang baik, tingkat konversi web bisa naik berkali-kali lipat dari saat ini dengan cepat.
Selain itu, CRO juga memungkinkan pemilik bisnis menurunkan customer acquisition cost, mendapatkan lebih banyak pengunjung dan pendapatan per pengunjung (revenue per visitor/RPV), serta mengembangkan bisnis.
Elemen Penting dalam Menjalankan Conversion Rate Optimization (CRO)
Dikutip dari Rich Page, ada empat elemen yang harus diperhatikan dalam menjalankan conversion rate optimization, yaitu:
Conversion research
Proses mengumpulkan insight dari hasil riset. Beberapa alat yang digunakan untuk riset yaitu web analytic seperti Google Analytic, heatmap, dan survei.
Website persuasion
Merancang ide berdasarkan hasil riset, dan membuat konten website lebih persuasif. Misalnya dengan menggunakan teknik copywriting yang baik.
User experience (UX)
Meningkatkan user experience pengguna saat menjelajahi website merupakan salah satu faktor penting yang dapat meningkatkan conversion rate.
Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain menggunakan breadcrumbs untuk mempermudah navigasi website, memanfaatkan formulir online, dan mempersingkat loading time halaman website.
A/B testing & personalization
Landing page merupakan alat digital modern yang saat ini banyak digunakan dan termasuk bagian penting dari conversion rate optimization. Landing page biasanya berisi kalimat call to action dan formulir agar pengunjung terlibat lebih dalam dengan bisnis tersebut, baik sebagai pembeli atau orang yang berpotensi membeli di kemudian hari.
Untuk mengoptimalkan landing page, biasanya dilakukan A/B testing. Nantinya bisa terlihat landing page mana yang paling ditanggapi oleh audiens dan memiliki tingkat konversi yang tinggi.
Contoh Conversion Rate Optimization (CRO)
UKM A yang bergerak di bidang kuliner memutuskan untuk membuat website agar produknya lebih dikenal. Di website tersebut, pengunjung juga bisa melakukan pembelian produknya yang nanti akan diantar dengan ekspedisi.
Namun setelah beberapa bulan diluncurkan, tingkat konversi website sedikit yaitu sekitar 5% dengan jumlah pengunjung 2.000 per bulan. Padahal banyak orang-orang yang menanyakan produknya di sosial media mereka.
Setelah diteliti, ternyata website tersebut belum dilengkapi dengan landing page. Akhirnya pemilik bisnis membuat landing page yang dihubungkan dengan sosial media.
Jadi ketika link landing page tersebut dimasukkan ke sosial media, calon pembeli yang mengeklik link tersebut akan diarahkan ke landing page yang berisi info produk sekaligus formulir pembelian.
Setelah melakukan strategi CRO, tingkat konversi landing page melonjak menjadi 10% atau sekitar 200 konversi per bulan.
FAQ (Frequently Asked Question)
Bagaimana cara meningkatkan conversion rate?
Dikutip dari Gartner, berikut 7 cara meningkatkan conversion rate website:
- Buat pengunjung nyaman beraktivitas di website
Dalam digital marketing, user experience merupakan bagian dari customer journey yang tak boleh dilewatkan.
Fokus pada interaksi pengguna di website dan penyebab mereka meninggalkan website tanpa melakukan tindakan apapun. Misalnya halaman web terlalu rumit atau terlalu banyak pop-up ads.
Mengidentifikasi masalah dan memecahkannya akan membantu menaikkan traffic web sekaligus conversion rate.
- Pahami kebutuhan dan preferensi audiens sebelum menjalankan marketing campaign apapun
Fokus pada kegunaan produk dan sorot fitur yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan audiens.
- Kumpulkan feedback dari pelanggan
Feedback pelanggan terhadap produk atau layanan dibutuhkan untuk melakukan evaluasi dan mengembangkan produk agar bisa tetap bersaing.
- Lakukan berbagai strategi marketing dan uji untuk menemukan strategi terbaik
Pengujian bisa dilakukan dengan A/B testing atau survei pelanggan untuk menemukan pendekatan yang cocok untuk setiap pelanggan.
- Perbanyak pilihan pembayaran
Saat ini, orang-orang menilai variasi pilihan pembayaran sebagai kemudahan transaksi dan bisa memengaruhi mereka untuk terus berbelanja.
Pertimbangkan juga untuk menawarkan diskon dan program loyalitas untuk membuat pelanggan merasa dihargai.
- Buat halaman profil produk dan landing page semenarik mungkin
Pastikan konten produk memuat informasi produk dengan detail, dan landing page yang mudah dipahami untuk mengarahkan pengunjung ke hal yang mereka cari.
- Hitung conversion rate
Setelah melakukan strategi optimasi, hitung conversion rate untuk memahami seberapa sukses strategi yang diterapkan.