Overview
Meskipun Python tidak memiliki konstruksi switch case bawaan seperti beberapa bahasa pemrograman lain, ada beberapa metode alternatif untuk mencapai fungsi yang sama.
Sebagai data analyst, sering kali kita menemukan berbagai tantangan dan membutuhkan solusi yang berbeda untuk setiap situasi. Salah satu tantangan yang sering dijumpai adalah membuat keputusan dalam kode berdasarkan kondisi tertentu.
Di beberapa bahasa pemrograman, ada sebuah konstruk untuk membantu mengatasi hal ini yang disebut dengan switch case.
Namun, saat kamu mencoba mencari switch case di Python, kamu tidak akan menemukannya. Dengan kata lain, Python memang tidak memiliki konstruksi switch case. Meski demikian, ternyata Python memberikan berbagai pendekatan alternatif yang dapat kita gunakan untuk mencapai fungsionalitas yang sama.
Di artikel ini, kita akan membahas lebih jauh konsep switch case, bagaimana mengimplementasikannya di Python, dan beberapa tips untuk menggunakan pendekatan alternatif ini secara efektif. Selamat membaca!
Apa itu Switch Case?
"Switch case" adalah konsep pemrograman yang memungkinkan kode membuat keputusan berdasarkan kondisi tertentu.
Konsep switch case pada dasarnya adalah alternatif dari struktur kondisional "if-elif-else". Dikarenakan "if-elif-else" cenderung panjang dan sulit dibaca ketika harus mengevaluasi banyak kondisi, kita bisa mengatasinya dengan switch case.
Switch case memungkinkan kita membuat kode yang lebih rapi dan efisien. Dalam struktur switch case, kita hanya menentukan nilai yang akan dievaluasi sekali, lalu menyediakan beberapa "case" atau kondisi berbeda untuk nilai tersebut.
Namun, tidak seperti banyak bahasa pemrograman lain, Python tidak memiliki konstruksi switch case bawaan. Sebagai gantinya, kita bisa meniru fungsi switch case menggunakan beberapa pendekatan.
Dengan kata lain, kita masih bisa menerapkan konsep switch case untuk membuat kode yang lebih efisien dan terstruktur di Python.
Implementasi Switch Case di Python
Berikut pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengimplementasikan konsep switch case di Python:
#1 if-elif-else
If-elif-else adalah struktur kontrol dasar dalam Python. Dalam skenario switch case, kita dapat menulis blok if-elif-else di mana setiap kondisi diperiksa secara berurutan. Jika kondisi if pertama tidak terpenuhi, Python akan melanjutkan ke pernyataan elif berikutnya, dan seterusnya. Jika tidak ada kondisi yang terpenuhi, program akan mengeksekusi blok kode di pernyataan else.
#2 Dictionary
Dictionary dalam Python adalah struktur data yang menyimpan nilai dalam pasangan kunci-nilai.
Dalam konteks switch case, kita menggunakan kunci dictionary untuk merepresentasikan setiap kondisi yang mungkin terjadi. Sementara nilai berhubungan dengan kunci untuk merepresentasikan blok kode yang akan dieksekusi jika kondisi terpenuhi. Dictionary memiliki keunggulan dalam hal kecepatan akses data, sehingga memudahkan kita saat memiliki banyak kondisi yang perlu diperiksa.
#3 Memanfaatkan fungsi atau lambda
Python memungkinkan kita untuk mendefinisikan fungsi atau menggunakan ekspresi lambda yang pada dasarnya adalah fungsi anonim. Dalam skenario switch case, kita bisa mendefinisikan setiap kondisi sebagai fungsi atau lambda dan memanggilnya ketika kondisi tersebut terpenuhi.
#4 Menggunakan class dan metode
Pendekatan class dan metode ini berlandaskan pada konsep pemrograman berorientasi objek. Pada dasarnya, kita akan membuat sebuah class untuk setiap kemungkinan 'case' yang ada dalam skenario switch case kita. Setelah itu, kita mendefinisikan sebuah metode dalam class tersebut yang akan mengeksekusi blok kode yang diinginkan.
#5 Memanfaatkan polimorfisme (polymorphism)
Polimorfisme adalah konsep di mana objek dapat mengambil banyak bentuk. Dalam Python, konsep ini mengartikan kita bisa mendefinisikan beberapa class yang memiliki metode dengan nama sama tetapi implementasinya berbeda.
Saat kondisi switch case terpenuhi, kita akan membuat instance dari class yang sesuai dan memanggil metodenya. Kemudian, Python akan memilih implementasi yang tepat berdasarkan tipe objek.
Menggunakan Dictionary untuk Mengimplementasikan Switch Case
Dictionary di Python bisa digunakan sebagai alternatif yang efektif untuk mengimplementasikan switch case. Dalam sebuah dictionary, kita menetapkan kunci dan nilai yang berhubungan dengan kondisi serta tindakan yang sesuai.
Sebagai contoh, mari kita lihat bagaimana kita bisa menggunakan dictionary untuk membuat switch case sederhana:
Pada contoh di atas, switcher adalah sebuah dictionary yang mewakili switch case kita.
Kunci dalam switcher adalah kondisi atau "case" yang kita cek. Sementara itu, nilai adalah tindakan yang akan kita ambil jika kondisi tersebut benar.
Dalam hal ini, jika angka sama dengan 1, fungsi akan mengembalikan 'Satu'. Jika angka sama dengan 2, fungsi akan mengembalikan 'Dua', dan seterusnya.
Metode get pada dictionary dimanfaatkan untuk mengambil nilai berdasarkan kunci yang diberikan. Jika kunci tidak ada dalam dictionary, metode ini akan mengembalikan nilai default. dalam hal ini, default-nya adalah "Angka tidak valid".
Penggunaan If-Elif-Else sebagai Pengganti Switch Case
Struktur if-elif-else adalah konstruk kondisional yang umum digunakan di Python sering kali dipakai sebagai pengganti switch case.
Fungsinya mirip dengan switch case, di mana kita bisa mengevaluasi beberapa kondisi dan melakukan tindakan berbeda berdasarkan kondisi tersebut. Meskipun tidak seefisien switch case, struktur if-elif-else tetap memberikan fleksibilitas yang cukup dalam menghadapi berbagai kondisi pemrograman.
Berikut contoh penggunaan if-elif-else dalam situasi yang memerlukan konstruksi switch case:
Pada contoh di atas, kita membuat fungsi hitung_bulan yang mengambil argumen bulan.
Fungsi ini kemudian menggunakan serangkaian if-elif-else untuk mengevaluasi bulan dan mengembalikan nama bulan yang sesuai. Jika bulan tidak sesuai dengan salah satu kondisi yang ditentukan, fungsi akan mengembalikan 'Bulan tidak valid'.
Namun, walaupun struktur if-elif-else dapat digunakan sebagai alternatif switch case dan memberikan fungsionalitas yang serupa, keputusan untuk menggunakan if-elif-else atau switch case tergantung pada beberapa faktor:
- Jumlah kondisi: jika ada sedikit kondisi yang perlu ditangani, if-elif-else biasanya cukup. Kode masih mudah dibaca dan tidak terlalu rumit. Namun, ketika jumlah kondisi bertambah, switch case bisa menjadi alternatif karena dapat membuat kode lebih ringkas dan terstruktur.
- Performa: dalam switch case, ekspresi hanya dievaluasi sekali dan hasilnya digunakan untuk memilih blok kode yang akan dieksekusi. Hal ini membuat switch case lebih cepat, terutama saat kita berurusan dengan banyak kondisi. Sementara itu, dalam if-elif-else, Python akan mengevaluasi setiap kondisi secara berurutan sampai menemukan kondisi yang benar. Cara ini kurang efisien jika ada banyak kondisi.
- Keterbacaan kode: saat ada banyak kondisi, switch case biasanya lebih mudah dibaca dibandingkan if-elif-else. Setiap 'case' dalam switch case mencerminkan kondisi yang mungkin, sehingga membuatnya mudah dipahami.
- Fleksibilitas: dalam switch case, kita hanya bisa membandingkan nilai-nilai yang sama dan tidak bisa menggunakan operator lain seperti '<', '>', dll. Sebaliknya, if-elif-else memungkinkan kita menggunakan berbagai jenis operator dan kondisi yang lebih kompleks.
Memahami Polymorphism dalam Python
Polimorfisme (polymorphism) adalah kemampuan sebuah metode untuk bekerja dengan cara berbeda-beda, tergantung pada objek yang dioperasikannya.
Untuk memahami bagaimana polymorphism dapat digunakan sebagai alternatif switch case, bayangkan kamu bekerja di perusahaan dan memiliki berbagai jenis pelanggan seperti pelanggan retail, pelanggan bisnis, dan pelanggan grosir. Setiap jenis pelanggan mungkin memerlukan proses penagihan yang berbeda.
Berikut contoh kodenya:
Pada contoh di atas, kita telah mendefinisikan tiga class, yaitu PelangganRetail, PelangganBisnis, dan PelangganGrosir. Semua class ini mengimplementasikan metode penagihan()
Ketika kita ingin menagih pelanggan, kita bisa membuat objek dari class yang sesuai dan memanggil metode penagihan().
Python akan secara otomatis memilih implementasi yang benar berdasarkan jenis objek. Di sini, kita dapat melihat bahwa polimorfisme dapat digunakan sebagai alternatif switch case, di mana setiap 'case' adalah implementasi metode dalam class yang berbeda.
Contoh Penggunaan Switch Case
Salah satu tugas data analyst adalah melakukan proses transformasi data, seperti mengubah format atau kategorisasi data. Switch case bisa sangat berguna dalam kasus-kasus berikut.
Misalnya, kita punya data penjualan dan ingin mengkategorikan penjualan tersebut menjadi 'Rendah', 'Sedang', atau 'Tinggi' berdasarkan jumlahnya:
Dalam contoh di atas, kita membuat dictionary di mana kunci adalah kondisi dan nilai adalah kategori yang sesuai. Kita kemudian menggunakan metode get untuk mencari kunci True dalam dictionary. Artinya, kondisi tersebut adalah benar dan mengembalikan nilai yang sesuai.
Tips dalam Menggantikan Switch Case
Berikut beberapa tips untuk membantu memutuskan pendekatan mana yang paling sesuai dalam mengimplementasikan switch case Python:
Pertimbangkan kompleksitas kode
Jika kamu hanya memiliki beberapa kondisi yang perlu diperiksa, if-elif-else bisa menjadi pilihan yang tepat karena mudah diimplementasikan dan dipahami. Namun, jika jumlah kondisinya banyak, menggunakan dictionary atau polimorfisme bisa membuat kode kamu lebih rapi dan efisien.
Perhatikan efisiensi
Jika efisiensi adalah pertimbangan utama, gunakan dictionary.
Di dictionary, Python tidak perlu memeriksa setiap kondisi secara berurutan seperti dalam if-elif-else, tetapi dapat langsung mengambil nilai yang sesuai berdasarkan kunci.
Jangan lupa tentang polimorfisme
Jika kamu bekerja menggunakan banyak kelas yang memiliki metode dengan nama sama tetapi perilakunya berbeda, polimorfisme bisa menjadi pilihan.
Dengan polimorfisme, Python secara otomatis akan memanggil metode yang sesuai berdasarkan objek milikmu.
Buat kode kamu mudah dipahami
Terlepas dari pendekatan yang kamu pilih, penting untuk memastikan bahwa kode kamu tetap mudah dipahami. Gunakan komentar untuk menjelaskan apa yang kamu lakukan dan kenapa kamu memilih pendekatan tertentu.
Jangan takut bereksperimen
Setiap kasus memiliki keunikannya sendiri. Cobalah berbagai pendekatan dan lihat mana yang paling cocok dengan kebutuhan dan preferensi kamu.
Ingatlah bahwa fokus utama kamu adalah memilih pendekatan yang membuat kode efisien, mudah dipahami, dan mudah dikelola. Jangan takut untuk bereksperimen dan menemukan cara terbaik untuk memecahkan masalahmu.
FAQ (Frequently Ask Question)
Mengapa Python tidak memiliki switch case?
Salah satu alasan utama adalah filosofi desain Python yang menekankan pada kesederhanaan dan keterbacaan kode. Dalam banyak kasus, if-elif-else sudah cukup untuk menangani berbagai kondisi. Namun, Python juga menyediakan alternatif lain seperti dictionary dan polimorfisme untuk kasus yang lebih kompleks.
Apa perbedaan antara penggunaan if-elif-else dan dictionary untuk switch case di Python?
Perbedaannya terletak pada bagaimana kondisi diperiksa.
Dalam if-elif-else, jika ada banyak kondisi, Python akan mengevaluasi setiap kondisi secara berurutan yang bisa menghabiskan waktu lebih lama. Sementara dalam dictionary, Python akan langsung mengambil nilai yang sesuai berdasarkan kunci, sehingga bisa lebih efisien.
Namun, if-elif-else cenderung lebih mudah dimengerti bagi pemula dan bisa digunakan dalam kasus di mana kondisinya tidak bisa diwakili sebagai kunci dalam dictionary.
Bagaimana cara menggunakan switch case dalam loop Python?
Jika kamu ingin menggunakan konsep switch case dalam loop, kamu bisa melakukannya dengan meletakkan kode switch case di dalam blok loop. Misalnya, apabila kamu menggunakan for loop, kamu bisa meletakkan if-elif-else atau dictionary di dalam blok for loop dan Python akan menjalankan switch case untuk setiap iterasi loop.
Apakah ada library atau modul Python yang menyediakan fungsionalitas switch case?
Ada beberapa library atau modul seperti PySwitchCase yang menyediakan fungsionalitas switch case. Namun, sebelum memutuskan untuk menggunakan library atau modul tersebut, kamu harus mempertimbangkan apakah mereka benar-benar diperlukan karena pada dasarnya Python sudah menyediakan beberapa alternatif seperti if-elif-else, dictionary, dan polimorfisme.
Penutup
Meskipun Python tidak memiliki konstruksi switch case bawaan seperti beberapa bahasa pemrograman lain, ada beberapa metode alternatif untuk mencapai fungsi yang sama.
Kita telah membahas bagaimana menggunakan if-elif-else, dictionary, dan polimorfisme sebagai pengganti switch case dalam Python. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Kamu dapat memilih sesuai situasi spesifik dan preferensi pribadi.
Pada akhirnya, pemahaman tentang konsep switch case dan bagaimana mengimplementasikannya dalam Python dapat membantu kamu menulis kode yang lebih rapi, efisien, dan terstruktur. Selamat mencoba!
Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!
Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)
Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!
Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)
Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!
Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)