Tutorial Uji Hipotesis dengan Python dan Contohnya

Pahami cara uji hipotesis di Python, lengkap dengan contoh!
RevoU Staff
August 9, 2024
August 8, 2024
4
min read

Mau Belajar

Data Analytics

?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!
DAFTAR FULL PROGRAMCOBA COURSE GRATIS

Overview

Uji hipotesis Python berfungsi untuk menguji kebenaran dari suatu klaim berdasarkan data sampel menggunakan library statistik seperti SciPy dan Statsmodels. Ini adalah teknik penting dalam analisis data yang membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data, memungkinkan untuk menentukan signifikansi statistik dari hasil observasi.

Uji hipotesis adalah metode statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan menggunakan data eksperimen.

Biasanya, proses ini melibatkan pengujian klaim berdasarkan informasi sampel. Misalnya, kamu ingin membuktikan perubahan yang disarankan benar-benar bisa meningkatkan penjualan.

Python, dengan library seperti SciPy dan NumPy, menyediakan fungsi yang mudah digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Kamu hanya perlu beberapa baris kode untuk mulai menguji hipotesis.

Uji hipotesis dalam Python menjadi jembatan yang menghubungkan teori dengan realitas, memungkinkan kita membuat keputusan berdasarkan bukti nyata dan bukan asumsi. Artikel ini akan membawa kamu melalui konsep dasar dan aplikasi praktis uji hipotesis di Python. Yuk, simak!

Mengapa Uji Hipotesis Menggunakan Python?

Alasan utama mengapa Python sangat berguna dalam uji hipotesis adalah karena kemudahan penggunaan dan komunitas yang luas. Berikut beberapa hal lain mengapa Python menjadi tool yang ideal untuk uji hipotesis:

  • Ketersediaan library statistik: Python mendukung berbagai library yang kaya fitur seperti SciPy, NumPy, dan Pandas, sehingga mempermudah implementasi berbagai teknik statistik, termasuk uji hipotesis. Library ini juga terdokumentasi dengan baik, sehingga memudahkan pemula untuk mempelajari dan mengimplementasikannya.
  • Kemudahan dalam membaca kode: Python dikenal dengan sintaksnya yang sederhana dan mudah dibaca. Ini membuat Python menjadi lingkungan yang ideal bagi pemula untuk belajar tentang konsep statistik sambil mengimplementasikannya dalam kode. Kamu bisa lebih fokus pada pemahaman statistik daripada mengkhawatirkan kompleksitas bahasa pemrograman.
  • Komunitas besar dan dukungan luas: Python memiliki komunitas developer yang besar dan aktif. Artinya, kamu akan menemukan banyak sumber daya, tutorial, dan forum di mana kamu bisa belajar dan bertanya. Apa pun masalah atau keraguan yang muncul selama belajar atau implementasi uji hipotesis, kemungkinan besar sudah ada jawabannya di luar sana.
  • Fleksibilitas dan skalabilitas: Python tidak hanya bagus untuk analisis data skala kecil, tetapi juga bisa ditingkatkan untuk data besar. Kemampuannya untuk berintegrasi dengan sistem data lain dan tool seperti SQL, Hadoop, dan Spark membuatnya sangat berharga di lingkungan profesional.
  • Visualisasi data: selain analisis statistik, Python juga memiliki keunggulan dalam visualisasi data dengan bantuan library seperti Matplotlib dan Seaborn. Setelah melakukan uji hipotesis, sangat penting untuk dapat memvisualisasikan hasilnya agar lebih mudah dipahami dan dibagikan dengan orang lain.

Langkah-langkah Uji Hipotesis Menggunakan Python

Berikut langkah-langkah dasar yang bisa kamu ikuti, lengkap dengan contoh praktis menggunakan library SciPy:

Langkah 1: tentukan hipotesis

Sebelum melakukan uji hipotesis, tentukan dulu null hypothesis (H0) dan alternative hypothesis (H1). Null hypothesis biasanya menyatakan tidak ada perbedaan atau efek, sedangkan alternative hypothesis menyatakan adanya perbedaan atau efek.

Contoh:

  • H0: tidak ada perbedaan rata-rata penjualan sebelum dan setelah campaign marketing.
  • H1: ada perbedaan rata-rata penjualan sebelum dan setelah campaign marketing.

Langkah 2: pilih uji statistik yang tepat

Pilih uji statistik yang sesuai dengan jenis data dan distribusi.

Sumber: Philipp Probst via Towards Data Science 
Sumber: Philipp Probst via Towards Data Science 

Beberapa test yang sering digunakan adalah:

#1 T-test

  • T-test satu sampel: digunakan untuk membandingkan rata-rata sampel dengan nilai teoritis tertentu.
  • T-test dua sampel independen: cocok untuk membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang tidak saling berkaitan.
  • T-test Berpasangan: dipakai untuk membandingkan rata-rata dari dua pengukuran yang dilakukan pada kelompok sampel yang sama, pada waktu berbeda atau dalam kondisi berbeda.

#2 ANOVA (Analysis of Variance)

  • One-way ANOVA: menganalisis perbedaan antara tiga grup atau lebih yang berdasarkan satu faktor independen.
  • Two-way ANOVA: menganalisis pengaruh dua faktor independen berbeda pada variabel dependen.

#3 Chi-square test

  • Goodness of fit test: menilai seberapa baik data sampel cocok dengan distribusi yang diharapkan.
  • Test for Independence: mengevaluasi apakah dua kategori variabel independen atau terkait.

#4 Regresi

  • Regresi linier: menganalisis hubungan linear antara variabel independen dan dependen.
  • Regresi logistik: digunakan untuk kasus di mana variabel dependen adalah kategorikal.

Langkah 3: kumpulkan dan siapkan data

Kumpulkan data yang diperlukan dan pastikan data tersebut bersih dan siap untuk analisis. Kamu mungkin perlu melakukan preprocessing seperti menghilangkan nilai yang hilang atau outlier.

Contoh:

Langkah 4: lakukan uji hipotesis

Gunakan library yang sesuai untuk melakukan uji. Dalam Python, kamu bisa menggunakan SciPy untuk ini.

Contoh:

Langkah 5: Interpretasi hasil

Interpretasi hasil berdasarkan p-value. Jika p-value lebih kecil dari alpha (biasanya 0.05), kita akan menolak null hypothesis. Artinya, ada bukti statistik yang cukup untuk mendukung alternative hypothesis.

Misalnya, Jika p_value < 0.05, kita menyimpulkan ada perbedaan signifikan antara penjualan sebelum dan sesudah campaign marketing.

Langkah 6: reporting

Setelah menyelesaikan analisis statistik dan uji hipotesis menggunakan Python, langkah terakhir adalah menyampaikan hasilnya. Melaporkan hasil uji hipotesis bukan sekadar menyajikan nilai statistik, tapi juga membuat hasilnya dapat diakses dan dimengerti oleh audiens yang mungkin tidak memiliki latar belakang statistik mendalam.

Dalam penyajian reporting, kamu bisa memanfaatkan library Pandas untuk menampilkan data hasil analisis dalam bentuk tabel yang rapi dan informatif. Selain itu, untuk membuat data lebih menarik dan mudah dipahami, kamu dapat menggunakan library visualisasi seperti Matplotlib atau Seaborn untuk mengubah data menjadi grafik atau diagram yang visual.

Penggunaan library Python seperti Pingouin juga sangat membantu, menyediakan berbagai fungsi analisis statistik lanjutan yang bisa memperkaya laporan kamu dengan insight mendalam.

FAQ (Frequently Ask Questions)

Apa itu p-value dalam konteks uji hipotesis Python?

Dalam konteks uji hipotesis menggunakan Python, p-value merupakan nilai probabilitas yang menunjukkan seberapa ekstrem hasil observasi dapat terjadi hanya berdasarkan kebetulan, jika null hypothesis (H0) benar.

P-value memberikan kita ukuran untuk menentukan apakah kita harus menolak atau tidak menolak null hypothesis.

Sebagai contoh, jika kamu melakukan t-test untuk membandingkan rata-rata dua kelompok data menggunakan Python, p-value yang dihasilkan dari tes tersebut akan membantumu memutuskan apakah perbedaan rata-rata yang diamati antara dua kelompok tersebut signifikan secara statistik atau tidak:

  • P-value kecil (umumnya kurang dari 0.05): menunjukkan hasil yang kita amati sangat tidak mungkin terjadi jika null hypothesis benar. Dalam kasus ini, kita memiliki bukti yang cukup untuk menolak null hypothesis dan menerima ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua kelompok.
  • P-value besar: menunjukkan hasil yang diamati bisa terjadi hanya berdasarkan kebetulan, meskipun null hypothesis benar. Dalam hal ini, kita tidak memiliki bukti yang cukup untuk menolak null hypothesis.

Bagaimana cara melakukan multiple testing correction di Python?

Melakukan multiple testing correction sangat penting saat kamu melakukan banyak uji statistik secara bersamaan, karena meningkatkan risiko kesalahan tipe I (salah menolak null hypothesis ketika sebenarnya ia benar).

Dalam Python, kamu bisa menggunakan beberapa metode koreksi yang tersedia melalui library statsmodels untuk mengatasi masalah ini. Berikut beberapa langkah umum untuk melakukan multiple testing correction di Python:

Langkah 1: import library yang diperlukan

Pastikan kamu telah menginstal dan mengimpor library statsmodels.

Langkah 2: dapatkan p-values dari uji statistik

Sebelum melakukan koreksi, kamu perlu memiliki array p-values dari serangkaian uji statistik yang telah kamu lakukan.

Langkah 3: pilih metode koreksi

Statsmodels menyediakan beberapa metode koreksi, termasuk Bonferroni, Holm, Benjamini-Hochberg, dan lain-lain. Kamu dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan analisismu.

Langkah 4: interpretasi hasil

Setelah melakukan koreksi, kamu akan mendapatkan array baru dari p-values yang telah disesuaikan dan keputusan apakah menolak atau tidak menolak H0 untuk setiap uji. Gunakan ini untuk memandu kesimpulan analisis statistik.

Bisakah menggunakan Python untuk uji hipotesis dengan data non-parametrik?

Data non-parametrik adalah data yang tidak memenuhi asumsi distribusi normal yang biasanya diperlukan untuk uji parametrik seperti t-test. Pada dasarnya, kamu bisa menggunakan Python untuk melakukan uji hipotesis dengan data non-parametrik.

Python menyediakan beberapa fungsi dalam library scipy.stats untuk pengujian hipotesis non-parametrik, seperti:

  • Mann-Whitney U test: digunakan untuk membandingkan dua kelompok independen ketika distribusi data tidak normal. Test ini menilai apakah satu kelompok cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada kelompok lain.
  • Wilcoxon Signed-Rank test: dimanfaatkan untuk dua sampel yang berpasangan. Test ini cocok untuk skenario di mana kamu ingin membandingkan dua kondisi pengukuran (misalnya, sebelum dan sesudah) pada subjek yang sama dan data tidak terdistribusi secara normal.
  • Kruskal-Wallis H test: mirip dengan ANOVA, tetapi untuk data non-parametrik. Test ini dipakai untuk membandingkan distribusi dari dua atau lebih kelompok independen. Sangat berguna ketika ukuran sampel tidak sama dan data tidak mengikuti distribusi normal.
RevoU Staff
Kickstart your career in tech with RevoU!

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program: Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion. Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Artikel Lainnya

Mau belajar

Data Analytics

?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!
Daftar Isi

Mulai karirmu dalam

Data Analytics

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

Mau Belajar

Data Analytics

?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

DAFTAR FULL PROGRAM

Mau Belajar

Data Analytics

?

Tutorial Uji Hipotesis dengan Python dan Contohnya

Pahami cara uji hipotesis di Python, lengkap dengan contoh!
RevoU Staff
August 8, 2024
4
min read

Overview

Uji hipotesis Python berfungsi untuk menguji kebenaran dari suatu klaim berdasarkan data sampel menggunakan library statistik seperti SciPy dan Statsmodels. Ini adalah teknik penting dalam analisis data yang membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data, memungkinkan untuk menentukan signifikansi statistik dari hasil observasi.

Uji hipotesis adalah metode statistik yang digunakan untuk mengambil keputusan menggunakan data eksperimen.

Biasanya, proses ini melibatkan pengujian klaim berdasarkan informasi sampel. Misalnya, kamu ingin membuktikan perubahan yang disarankan benar-benar bisa meningkatkan penjualan.

Python, dengan library seperti SciPy dan NumPy, menyediakan fungsi yang mudah digunakan untuk melakukan uji hipotesis. Kamu hanya perlu beberapa baris kode untuk mulai menguji hipotesis.

Uji hipotesis dalam Python menjadi jembatan yang menghubungkan teori dengan realitas, memungkinkan kita membuat keputusan berdasarkan bukti nyata dan bukan asumsi. Artikel ini akan membawa kamu melalui konsep dasar dan aplikasi praktis uji hipotesis di Python. Yuk, simak!

Mengapa Uji Hipotesis Menggunakan Python?

Alasan utama mengapa Python sangat berguna dalam uji hipotesis adalah karena kemudahan penggunaan dan komunitas yang luas. Berikut beberapa hal lain mengapa Python menjadi tool yang ideal untuk uji hipotesis:

  • Ketersediaan library statistik: Python mendukung berbagai library yang kaya fitur seperti SciPy, NumPy, dan Pandas, sehingga mempermudah implementasi berbagai teknik statistik, termasuk uji hipotesis. Library ini juga terdokumentasi dengan baik, sehingga memudahkan pemula untuk mempelajari dan mengimplementasikannya.
  • Kemudahan dalam membaca kode: Python dikenal dengan sintaksnya yang sederhana dan mudah dibaca. Ini membuat Python menjadi lingkungan yang ideal bagi pemula untuk belajar tentang konsep statistik sambil mengimplementasikannya dalam kode. Kamu bisa lebih fokus pada pemahaman statistik daripada mengkhawatirkan kompleksitas bahasa pemrograman.
  • Komunitas besar dan dukungan luas: Python memiliki komunitas developer yang besar dan aktif. Artinya, kamu akan menemukan banyak sumber daya, tutorial, dan forum di mana kamu bisa belajar dan bertanya. Apa pun masalah atau keraguan yang muncul selama belajar atau implementasi uji hipotesis, kemungkinan besar sudah ada jawabannya di luar sana.
  • Fleksibilitas dan skalabilitas: Python tidak hanya bagus untuk analisis data skala kecil, tetapi juga bisa ditingkatkan untuk data besar. Kemampuannya untuk berintegrasi dengan sistem data lain dan tool seperti SQL, Hadoop, dan Spark membuatnya sangat berharga di lingkungan profesional.
  • Visualisasi data: selain analisis statistik, Python juga memiliki keunggulan dalam visualisasi data dengan bantuan library seperti Matplotlib dan Seaborn. Setelah melakukan uji hipotesis, sangat penting untuk dapat memvisualisasikan hasilnya agar lebih mudah dipahami dan dibagikan dengan orang lain.

Langkah-langkah Uji Hipotesis Menggunakan Python

Berikut langkah-langkah dasar yang bisa kamu ikuti, lengkap dengan contoh praktis menggunakan library SciPy:

Langkah 1: tentukan hipotesis

Sebelum melakukan uji hipotesis, tentukan dulu null hypothesis (H0) dan alternative hypothesis (H1). Null hypothesis biasanya menyatakan tidak ada perbedaan atau efek, sedangkan alternative hypothesis menyatakan adanya perbedaan atau efek.

Contoh:

  • H0: tidak ada perbedaan rata-rata penjualan sebelum dan setelah campaign marketing.
  • H1: ada perbedaan rata-rata penjualan sebelum dan setelah campaign marketing.

Langkah 2: pilih uji statistik yang tepat

Pilih uji statistik yang sesuai dengan jenis data dan distribusi.

Sumber: Philipp Probst via Towards Data Science 
Sumber: Philipp Probst via Towards Data Science 

Beberapa test yang sering digunakan adalah:

#1 T-test

  • T-test satu sampel: digunakan untuk membandingkan rata-rata sampel dengan nilai teoritis tertentu.
  • T-test dua sampel independen: cocok untuk membandingkan rata-rata dari dua kelompok yang tidak saling berkaitan.
  • T-test Berpasangan: dipakai untuk membandingkan rata-rata dari dua pengukuran yang dilakukan pada kelompok sampel yang sama, pada waktu berbeda atau dalam kondisi berbeda.

#2 ANOVA (Analysis of Variance)

  • One-way ANOVA: menganalisis perbedaan antara tiga grup atau lebih yang berdasarkan satu faktor independen.
  • Two-way ANOVA: menganalisis pengaruh dua faktor independen berbeda pada variabel dependen.

#3 Chi-square test

  • Goodness of fit test: menilai seberapa baik data sampel cocok dengan distribusi yang diharapkan.
  • Test for Independence: mengevaluasi apakah dua kategori variabel independen atau terkait.

#4 Regresi

  • Regresi linier: menganalisis hubungan linear antara variabel independen dan dependen.
  • Regresi logistik: digunakan untuk kasus di mana variabel dependen adalah kategorikal.

Langkah 3: kumpulkan dan siapkan data

Kumpulkan data yang diperlukan dan pastikan data tersebut bersih dan siap untuk analisis. Kamu mungkin perlu melakukan preprocessing seperti menghilangkan nilai yang hilang atau outlier.

Contoh:

Langkah 4: lakukan uji hipotesis

Gunakan library yang sesuai untuk melakukan uji. Dalam Python, kamu bisa menggunakan SciPy untuk ini.

Contoh:

Langkah 5: Interpretasi hasil

Interpretasi hasil berdasarkan p-value. Jika p-value lebih kecil dari alpha (biasanya 0.05), kita akan menolak null hypothesis. Artinya, ada bukti statistik yang cukup untuk mendukung alternative hypothesis.

Misalnya, Jika p_value < 0.05, kita menyimpulkan ada perbedaan signifikan antara penjualan sebelum dan sesudah campaign marketing.

Langkah 6: reporting

Setelah menyelesaikan analisis statistik dan uji hipotesis menggunakan Python, langkah terakhir adalah menyampaikan hasilnya. Melaporkan hasil uji hipotesis bukan sekadar menyajikan nilai statistik, tapi juga membuat hasilnya dapat diakses dan dimengerti oleh audiens yang mungkin tidak memiliki latar belakang statistik mendalam.

Dalam penyajian reporting, kamu bisa memanfaatkan library Pandas untuk menampilkan data hasil analisis dalam bentuk tabel yang rapi dan informatif. Selain itu, untuk membuat data lebih menarik dan mudah dipahami, kamu dapat menggunakan library visualisasi seperti Matplotlib atau Seaborn untuk mengubah data menjadi grafik atau diagram yang visual.

Penggunaan library Python seperti Pingouin juga sangat membantu, menyediakan berbagai fungsi analisis statistik lanjutan yang bisa memperkaya laporan kamu dengan insight mendalam.

FAQ (Frequently Ask Questions)

Apa itu p-value dalam konteks uji hipotesis Python?

Dalam konteks uji hipotesis menggunakan Python, p-value merupakan nilai probabilitas yang menunjukkan seberapa ekstrem hasil observasi dapat terjadi hanya berdasarkan kebetulan, jika null hypothesis (H0) benar.

P-value memberikan kita ukuran untuk menentukan apakah kita harus menolak atau tidak menolak null hypothesis.

Sebagai contoh, jika kamu melakukan t-test untuk membandingkan rata-rata dua kelompok data menggunakan Python, p-value yang dihasilkan dari tes tersebut akan membantumu memutuskan apakah perbedaan rata-rata yang diamati antara dua kelompok tersebut signifikan secara statistik atau tidak:

  • P-value kecil (umumnya kurang dari 0.05): menunjukkan hasil yang kita amati sangat tidak mungkin terjadi jika null hypothesis benar. Dalam kasus ini, kita memiliki bukti yang cukup untuk menolak null hypothesis dan menerima ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara dua kelompok.
  • P-value besar: menunjukkan hasil yang diamati bisa terjadi hanya berdasarkan kebetulan, meskipun null hypothesis benar. Dalam hal ini, kita tidak memiliki bukti yang cukup untuk menolak null hypothesis.

Bagaimana cara melakukan multiple testing correction di Python?

Melakukan multiple testing correction sangat penting saat kamu melakukan banyak uji statistik secara bersamaan, karena meningkatkan risiko kesalahan tipe I (salah menolak null hypothesis ketika sebenarnya ia benar).

Dalam Python, kamu bisa menggunakan beberapa metode koreksi yang tersedia melalui library statsmodels untuk mengatasi masalah ini. Berikut beberapa langkah umum untuk melakukan multiple testing correction di Python:

Langkah 1: import library yang diperlukan

Pastikan kamu telah menginstal dan mengimpor library statsmodels.

Langkah 2: dapatkan p-values dari uji statistik

Sebelum melakukan koreksi, kamu perlu memiliki array p-values dari serangkaian uji statistik yang telah kamu lakukan.

Langkah 3: pilih metode koreksi

Statsmodels menyediakan beberapa metode koreksi, termasuk Bonferroni, Holm, Benjamini-Hochberg, dan lain-lain. Kamu dapat memilih metode yang sesuai dengan tujuan analisismu.

Langkah 4: interpretasi hasil

Setelah melakukan koreksi, kamu akan mendapatkan array baru dari p-values yang telah disesuaikan dan keputusan apakah menolak atau tidak menolak H0 untuk setiap uji. Gunakan ini untuk memandu kesimpulan analisis statistik.

Bisakah menggunakan Python untuk uji hipotesis dengan data non-parametrik?

Data non-parametrik adalah data yang tidak memenuhi asumsi distribusi normal yang biasanya diperlukan untuk uji parametrik seperti t-test. Pada dasarnya, kamu bisa menggunakan Python untuk melakukan uji hipotesis dengan data non-parametrik.

Python menyediakan beberapa fungsi dalam library scipy.stats untuk pengujian hipotesis non-parametrik, seperti:

  • Mann-Whitney U test: digunakan untuk membandingkan dua kelompok independen ketika distribusi data tidak normal. Test ini menilai apakah satu kelompok cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada kelompok lain.
  • Wilcoxon Signed-Rank test: dimanfaatkan untuk dua sampel yang berpasangan. Test ini cocok untuk skenario di mana kamu ingin membandingkan dua kondisi pengukuran (misalnya, sebelum dan sesudah) pada subjek yang sama dan data tidak terdistribusi secara normal.
  • Kruskal-Wallis H test: mirip dengan ANOVA, tetapi untuk data non-parametrik. Test ini dipakai untuk membandingkan distribusi dari dua atau lebih kelompok independen. Sangat berguna ketika ukuran sampel tidak sama dan data tidak mengikuti distribusi normal.
RevoU Staff
Kickstart your career in tech with RevoU!
Menu