Native Advertising

Native advertising adalah bentuk iklan berbayar yang tampilan, nuansa, fungsi, kualitas, dan format medianya sama dengan platform di mana iklan tersebut muncul.

Digital Marketing

Mau Belajar

Digital Marketing

GRATIS?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

IKUT KURSUS GRATIS

Mau Belajar

Digital Marketing

GRATIS?

Apa itu Native Advertising?

Pengertian native advertising
Pengertian native advertising

Native advertising adalah bentuk iklan berbayar yang tampilan, nuansa, fungsi, kualitas, dan format medianya sama dengan platform di mana iklan tersebut muncul.

Jenis iklan ini berbaur agar sesuai dengan konten asli sehingga tidak mengganggu interaksi audiens saat membuka platform tertentu (halaman web maupun media sosial). Native advertising tentu berbeda dengan pemasangan banner yang secara gamblang memberitahukan itu adalah iklan.

Native advertising bertujuan supaya konten yang dibuat terlihat dan berfungsi seolah-olah itu bukan iklan, melainkan bagian dari konten biasa yang ingin dilihat audiens di media tersebut. Biasanya, untuk membedakan konten termasuk native advertising atau tidak, platform  melabelinya dengan tulisan "iklan" atau "sponsor". 

Di channel media sosial seperti Facebook, Instagram, maupun Twitter, native advertising muncul di feed audiens seperti postingan lain dari teman atau halaman yang di-follow. Padahal, postingan ini sebenarnya termasuk unit iklan bawaan yang dirancang untuk ditampilkan di sekitar algoritma media sosial.

Kelebihan Native Advertising

Dirangkum dari Native Advertising Institute, berikut kelebihan dari native advertising:

Lebih mungkin untuk menarik perhatian audiens 

Pada dasarnya, native advertising tidak mengganggu audiens. Kontennya cenderung lebih menarik dan cocok di semua platform.

Strategi ini membuat native advertising lebih mudah diterima pengunjung, baik di website maupun media sosial. Berbeda dengan iklan yang cenderung menerobos atau menyela konten utama, audiens justru sering kali mengabaikan dan merasa tidak nyaman.

Memperbanyak CTR dan konversi

Sifatnya yang lebih menarik menjadikan native advertising mendatangkan lebih banyak views, CTR, dan conversion. Penelitian dari Outbrain dan CMI menunjukkan strategi native advertising yang lebih soft bisa mencapai CTR 5 sampai 10 kali lebih tinggi dibandingkan push marketing.

Kredibilitas lebih tinggi

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para marketer saat ini adalah mengambil kepercayaan audiens. Audiens sulit menerima iklan yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, apalagi jika mereka belum mengenal brand yang beriklan.

Sementara native advertising disesuaikan dengan tujuan pencarian (search intent) seseorang sehingga membuatnya lebih relevan. Pelanggan menghargai iklan yang dibagikan melalui konten asli karena membawa informasi yang berguna bagi mereka.

Ketika kepercayaan ini sudah dimenangkan, brand berpeluang mendapatkan loyalitas pelanggan.

Membantu mengoptimalkan iklan sesuai target audiens

Native advertising biasanya ditargetkan secara kontekstual kepada audiens yang tertarik dengan konten tersebut. Misalnya, merek kosmetik meluncurkan kontennya di blog kecantikan atau website yang khusus membahas review skincare dan makeup, tempat orang mengonsumsi konten serupa.

Demikian pula, brand olahraga membagikan konten iklan di video YouTube yang membahas tentang kebugaran, fitness, maupun tutorial workout.

Dengan cara ini, bisnis bisa mengarahkan traffic ke website dan audiens juga mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus sesuai kebutuhan.

Kekurangan Native Advertising

Selain kelebihannya, native advertising juga memiliki beberapa kekurangan:

Sulit untuk mengukur hasil

Dikarenakan sifatnya yang unik, sulit mengukur apakah native advertising cocok untuk produk/layanan yang dijual perusahaan.

Perusahaan perlu menemukan tools dan metrik yang tepat untuk mengukur performa native advertising. Metrik yang dipilih nantinya juga bergantung pada sasaran campaign dan perilaku audiens.

Beberapa metrik yang mungkin bisa digunakan adalah impression, lamanya pengunjung membuka website, seberapa jauh audiens scrolling konten, CPA, dan CTR.

Pembuatan memerlukan waktu dan kreativitas 

Native advertising jauh lebih menarik karena disesuaikan dengan konten asli. Oleh sebab itu, proses pembuatan native advertising memerlukan waktu dan kreativitas tinggi.

Iklan harus berbaur dengan konten asli dan menyesuaikan penempatannya. Di saat bersamaan, marketer perlu memastikan iklan tersebut memberikan value langsung kepada audiens.

Tak jarang proses pembuatan native advertising melibatkan berbagai tim profesional, seperti tim marketing, copywriter, dan banyak lagi.

Dianggap sebagai penipuan

Sebagai pengiklan, perusahaan tentu tidak ingin iklan yang muncul dianggap sebagai penipuan. Inilah tantangan yang perlu dipikirkan perusahaan. Marketer harus bisa menempatkan iklan secara kreatif di antara konten asli tanpa terlihat menipu audiens.

Jenis-jenis dan Contoh Native Advertising

Native Advertising Institute menyebutkan ada tiga jenis native advertising, antara lain:

In-Feed units

Native advertising in-feed muncul dalam konten asli platform yang dibuka audiens. Artinya, mereka dapat menemukan iklan ini di feed media sosial mereka.

Iklan ini menyatu dengan konten asli di sekitarnya dan sering dilabeli sebagai "bersponsor" atau "dipromosikan". Iklan in-feed dapat berupa gambar atau video dan biasanya menyertakan tombol CTA (call-to-action).

Contoh native advertising in-feed
Contoh native advertising in-feed

Di atas adalah contoh in-feed yang ada di media sosial Twitter. Iklan ini muncul di timeline utama audiens dan diberi label “promoted” di bawahnya.

Konten rekomendasi di engine widgets

Saat membuka platform media online atau website, di bawah atau di samping konten yang dibaca sering kali muncul rekomendasi bacaan lain bertuliskan “Anda mungkin tertarik” atau “Baca juga artikel ini”. Di bagian tersebut, media biasanya akan memberikan daftar artikel atau produk yang berkaitan dengan konten yang dibaca adiens.

Bagian ini dirancang agar sesuai dengan tampilan dan nuansa konten reguler website.

Tak jarang juga konten rekomendasi di engine widgets dimanfaatkan bisnis mempromosikan konten atau produk mereka sendiri dengan cara yang terasa natural.

Contoh native advertising rekomendasi konten
Contoh native advertising rekomendasi konten

Di atas adalah contoh rekomendasi konten yang ada di website CNN Indonesia. Di bawah artikel yang sedang dibaca audiens, mereka menempatkan bagian “artikel terkait” dan baca juga” dengan memberikan beberapa rekomendasi artikel yang masih berkaitan dengan artikel di atasnya.

Native content

Native content merupakan konten berbayar yang diterbitkan dalam format sama dengan konten editorial di website penerbit dan umumnya dirancang bersama tim konten penerbit itu sendiri.

Jenis native advertising ini disebut juga sebagai konten bersponsor dan konten mitra, mengingat native content dibangun di atas hubungan antara brand dan penerbit.

Bahkan, beberapa penerbit terkemuka, termasuk New York Times, Buzzfeed, dan Washington Post memiliki studio sendiri yang khusus memproduksi native content melalui sudut pandang jurnalistik.

Contoh native content
Contoh native content

Buzzfeed, misalnya, membuat halaman khusus bernama Buzzfeed Marketing berisi konten-konten yang bekerja sama dengan banyak perusahaan, seperti Lenovo, Agoda, Spotify, Intel, dan Samsung. Mereka membuat konten dalam bentuk artikel success story yang telah dilakukan brand tersebut.

Artikel yang di-posting memberikan value bagi pembaca karena pembaca bisa meniru berbagai hal yang telah dilakukan brand besar dalam mencapai kesuksesannya.

FAQ (Frequently Asked Question)

Apakah advertorial termasuk native advertising?

Sama seperti advertorial, native advertising adalah konten berbayar. Jenis konten apa pun yang diterbitkan (artikel, infografis, maupun video), selama perusahaan bisa membayar, platform penerbitan akan mempromosikannya.

Tumpang tindih antara advertorial dan native advertising sering kali menimbulkan kebingungan. Namun, menurut Native Advertising Institute, pada dasarnya native advertising bukanlah advertorial, pun sebaliknya. Advertorial berfokus pada deskripsi produk yang lebih detail. Sementara native advertising bertujuan memberikan value dan informasi kepada audiens menyerupai konten asli.

Native advertising bisa dikatakan sebagai strategi marketing yang lebih soft dan modern dari advertorial.

Baik advertorial maupun native advertising memiliki tempat dan strategi masing-masing. Bagi marketer yang ingin memposisikan agar cerita unik dari brand-nya bisa menginspirasi dan bernilai untuk audiens, native advertising sangat efektif. Sementara bagi marketer yang ingin mendeskripsikan produk atau layanan dan membuat promosi penjualan langsung, advertorial lebih tepat digunakan.

Kata kunci lainnya

Mulai karirmu dalam

Digital Marketing

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!
ikut kursus gratis
Menu