Microservices

Microservices adalah pendekatan arsitektur dalam pengembangan software untuk memecah aplikasi besar menjadi layanan-layanan kecil yang beroperasi secara mandiri.

Software Engineering

Mau Belajar

Software Engineering

GRATIS?

Di RevoU, tidak hanya teori, penerapan, serta career coaching. Kamu juga mendapatkan akses ke Community Hub dengan 6000+ member. Di sini, kamu akan selalu terupdate informasi seputar job openings, industry news, dan upskilling events!

IKUT KURSUS GRATIS

Mau Belajar

Software Engineering

GRATIS?

Apa itu Microservices?

pengertian microservices

Microservices adalah pendekatan arsitektur dalam pengembangan software untuk memecah aplikasi besar menjadi layanan-layanan kecil yang beroperasi secara mandiri.

Setiap layanan dalam microservices memiliki fungsi spesifik dan berkomunikasi melalui API (Application Programming Interface) yang terdefinisi dengan detail. Keunggulan utama dari pendekatan ini terletak pada fleksibilitasnya, di mana setiap layanan dapat dikembangkan, diperbarui, di-deploy, dan diskalakan secara independen.

Adanya microservices memungkinkan tim developer untuk menggunakan berbagai bahasa pemrograman dan teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing layanan. Hal ini memudahkan dalam skalabilitas aplikasi dan mempercepat waktu pengembangan, sekaligus mengurangi risiko kegagalan sistem secara keseluruhan.

Pada umumnya, microservices sangat cocok untuk aplikasi kompleks yang membutuhkan inovasi serta pembaruan fitur secara cepat dan berkelanjutan.

Perbedaan Monolitik vs Microservices

Dalam dunia pengembangan software, dua pendekatan arsitektur yang sering dibandingkan adalah monolitik dan microservices.

Arsitektur monolitik mengintegrasikan semua proses dalam satu layanan besar. Jika satu proses mengalami lonjakan permintaan, seluruh arsitektur harus diskalakan. Hal ini meningkatkan kompleksitas saat menambah atau memperbaiki fitur, membatasi eksperimen, dan meningkatkan risiko ketersediaan aplikasi.

Sebaliknya, microservices membangun aplikasi dengan komponen independen yang menjalankan setiap proses aplikasi sebagai layanan terpisah. Layanan-layanan ini berkomunikasi melalui API yang terdefinisi, memungkinkan setiap layanan diperbarui, di-deploy, dan diskalakan secara mandiri untuk memenuhi permintaan fungsi tertentu dari aplikasi.

Berikut tabel perbedaan monolitik vs microservices:

tabel perbedaan monolitik vs microservices

Karakteristik Microservices

Berdasarkan informasi dari Spiceworks, inilah karakteristik utama dari microservices:

  • Terbagi menjadi banyak komponen: microservices memecah software menjadi sejumlah layanan komponen. Setiap layanan dapat dibuat, dikerahkan, dan diperbarui secara independen tanpa mengganggu integritas aplikasi. Aplikasi bisa diskalakan dengan menyesuaikan beberapa layanan spesifik.
  • Kuat dan tahan terhadap kegagalan: aplikasi yang dibangun menggunakan arsitektur microservices lebih sulit gagal secara penuh. Meskipun layanan individu bisa saja gagal, aplikasi microservices yang dikonfigurasi dengan tepat akan mengalihkan traffic dari fungsi yang mengalami downtime sambil memungkinkan layanan terkait lainnya beroperasi.
  • Proses routing sederhana: microservices terdiri dari komponen canggih yang mampu memproses data dan menerapkan logika. Komponen-komponen ini dihubungkan oleh "dump cable" yang mentransmisikan informasi dari satu elemen ke elemen lainnya.
  • Dibangun untuk bisnis modern: arsitektur microservices dibuat untuk memenuhi kebutuhan bisnis digital modern. Berbeda dengan arsitektur monolitik tradisional, microservices mengandalkan tim cross-function. Setiap tim bertanggung jawab untuk menciptakan produk tertentu berdasarkan layanan individu.
  • Desentralisasi: microservices mendorong desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan manajemen data. Setiap layanan bisa memiliki database atau sistem manajemen data sendiri.

Contoh Microservices

Banyak perusahaan terkemuka telah menerapkan arsitektur microservices untuk meningkatkan efisiensi dan skalabilitas sistem mereka, termasuk:

  • Netflix: salah satu pionir dalam penerapan microservices, Netflix beralih dari arsitektur monolitik ke microservices untuk mengelola peningkatan permintaan dan kompleksitas layanan streaming video mereka.
  • Amazon: Amazon mengadopsi microservices untuk mengelola infrastruktur e-commerce-nya yang besar dan kompleks, memungkinkan perusahaan untuk inovasi dan pembaruan yang lebih cepat.
  • Uber: Uber menggunakan microservices dalam mengelola berbagai aspek layanan ride-sharing mereka, termasuk pencocokan penumpang dengan pengemudi, penentuan harga, dan pemrosesan pembayaran.
  • Twitter: Twitter beralih ke microservices untuk meningkatkan kinerja dan skalabilitas platform media sosial, terutama untuk mengelola lonjakan traffic data yang besar.
  • Spotify: Spotify memanfaatkan microservices untuk mengelola layanan streaming musik. Platform ini secara efisien mengelola katalog besar dan user experience yang dipersonalisasi.
  • Airbnb: Airbnb menerapkan microservices untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola listing properti dan pemesanan, serta untuk menyediakan fitur baru dan inovatif bagi user.

FAQ (Frequently Ask Question)

Apa saja kelebihan dan kekurangan microservices?  

Geeks for Geeks dan Smartbear menjelaskan berbagai kelebihan dan kekurangan microservices:

Kelebihan microservices

  • Modularitas tinggi: microservices memungkinkan aplikasi dibagi menjadi komponen-komponen kecil yang dapat dikembangkan, diperbarui, dan dikelola secara independen.
  • Skalabilitas: setiap layanan dalam microservices bisa diskalakan secara mandiri, memungkinkan penyesuaian sumber daya sesuai kebutuhan spesifik.
  • Ketahanan sistem: kegagalan pada satu layanan tidak langsung berdampak pada keseluruhan aplikasi, sehingga akan meningkatkan ketahanan sistem.
  • Fleksibilitas teknologi: microservices mendukung penggunaan berbagai bahasa pemrograman, database, dan tool pengembangan lainnya dalam satu aplikasi yang sama.
  • Pembaruan dan pemeliharaannya lebih mudah: pembaruan pada satu layanan dapat dilakukan tanpa harus memodifikasi atau mengganggu layanan lain.
  • Pendekatan DevOps dan Agile: microservices mendukung praktik DevOps dan Agile, memungkinkan pengembangan yang lebih cepat dan iteratif.

Kekurangan microservices

  • Kompleksitas: pengelolaan banyak layanan yang terdistribusi dapat menambah kompleksitas, terutama dalam hal jaringan, keamanan, dan koordinasi.
  • Testing: pengujian microservices lebih menantang karena perlu memastikan semua layanan berinteraksi dengan benar. Oleh sebab itu, pengujian end-to-end dan integrasi menjadi lebih rumit.
  • Overhead operasional: microservices memerlukan infrastruktur yang lebih kompleks, termasuk layanan untuk discovery, load balancing, dan failover, yang menambah overhead operasional.
  • Komunikasi antar layanan: komunikasi jaringan antar layanan dapat menambah latensi dan memerlukan pengelolaan API yang efisien.
  • Duplikasi usaha: di beberapa kasus, mungkin terjadi duplikasi usaha di mana tim yang berbeda mengembangkan fungsi serupa, dalam layanan yang berbeda.
  • Perlu tim khusus: microservices memerlukan tim dengan keahlian khusus dalam pengembangan dan pengelolaan arsitektur terdistribusi, yang mungkin memerlukan pelatihan atau perekrutan sumber daya tambahan.

Kata kunci lainnya

Mulai karirmu dalam

Software Engineering

Di RevoU, tidak hanya teori, penerapan, serta career coaching. Kamu juga mendapatkan akses ke Community Hub dengan 6000+ member. Di sini, kamu akan selalu terupdate informasi seputar job openings, industry news, dan upskilling events!
ikut kursus gratis
Daftar Isi