Burndown Chart

Burndown chart adalah alat yang digunakan dalam manajemen proyek untuk memvisualisasikan dan melacak kemajuan suatu pekerjaan dari waktu ke waktu.

Product Management

Mau Belajar

Product Management

GRATIS?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

IKUT KURSUS GRATIS

Mau Belajar

Product Management

GRATIS?

Apa itu Burndown Chart?

burndown chart

Burndown chart adalah alat yang digunakan dalam manajemen proyek untuk memvisualisasikan dan melacak kemajuan suatu pekerjaan dari waktu ke waktu. 

Burndown chart banyak digunakan khususnya dalam metodologi Agile seperti Scrum karena kemampuannya memonitor progress dan fleksibilitasnya.

Bagan ini membantu tim memantau produktivitas dan mengevaluasi apakah mereka berjalan sesuai rencana dalam memenuhi tujuan dan deadline mereka.

Tujuan Burndown Chart

Melansir dari mindtools.com, berikut ini adalah tujuan burndown chart

Pelacakan kemajuan secara visual

Burndown chart memberikan gambaran yang jelas tentang kemajuan proyek sehingga project manager dan anggota tim dapat melihat secara sekilas berapa banyak pekerjaan yang tersisa untuk diselesaikan, serta apakah proyek berada di jalur yang tepat untuk memenuhi deadline-nya.

Deteksi masalah dini

Burndown chart dapat dengan cepat mengidentifikasi potensi masalah atau hambatan dalam proyek. Misalnya, jika bagan tersebut menunjukkan tren mendatar atau naik, bisa jadi proyek tersebut terlambat dari jadwal sehingga mendorong tim untuk mengambil langkah korektif sejak dini.

Alat motivasi

Burndown chart dapat menjadi sarana motivasi bagi tim. Ketika mereka melihat kemajuan yang dicapai dan pekerjaan yang diselesaikan, hal itu dapat memupuk rasa pencapaian dan mendorong mereka untuk menjaga momentum.

Adaptasi dalam Agile

Burndown chart sangat penting dalam manajemen proyek Agile karena proyek ini sering mengalami perubahan dan fokus pada kemajuan secara bertahap. Karena itu, burndown chart selaras dengan prinsip fleksibilitas Agile.

Mengidentifikasi scope creep

Dengan membandingkan burndown yang sebenarnya dengan garis burndown yang ideal, tim dapat mengidentifikasi jika ruang lingkup proyek telah meluas melebihi rencana awal. Hal ini membantu tim mengelola scope creep dan menjaga proyek tetap pada jalurnya.

Berkomunikasi secara efektif

Burndown chart berfungsi sebagai alat komunikasi sehingga project manager dapat dengan mudah berbagi progress kemajuan dengan stakeholder. Dengan demikian, ada transparansi dan stakeholder tetap dapat memperoleh informasi tentang status proyek.

Contoh Penggunaan Burndown Chart

Sebagai contoh, suatu tim sedang mengerjakan pembuatan mobile app, dan mereka memiliki sprint pengembangan selama lima minggu. Tujuannya adalah menyelesaikan 120 story point yang direncanakan dalam lima minggu ini.

Berikut adalah contoh burndown chart untuk proyek tersebut:

contoh burndown chart

Minggu 1:

Tugas yang direncanakan: 48 story point

Tugas yang diselesaikan: 42 story point

Minggu 2:

Tugas yang direncanakan: 36 story point

Tugas yang diselesaikan: 44 story point

Minggu 3:

Tugas yang direncanakan: 24 story point

Tugas yang diselesaikan: 20 story point

Minggu 4:

Tugas yang direncanakan: 12 story point

Tugas yang diselesaikan: 14 story point

Minggu 5:

Tugas yang direncanakan: 0 story point

Tugas yang diselesaikan: 0 story point

Tugas yang direncanakan setiap minggu digambar sebagai garis lurus pada bagan, yang menghubungkan titik awal minggu itu dengan titik awal minggu berikutnya. Sementara itu, tugas yang diselesaikan diwakili oleh garis yang menghubungkan titik awal setiap minggu dengan total tugas yang diselesaikan dari waktu ke waktu.

Pada skenario yang ideal, garis “tugas yang diselesaikan” sesuai dengan garis “tugas yang direncanakan” di akhir sprint. Namun, dalam realisasinya, bisa jadi terdapat banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan penyelesaian tugas sehingga garis-garis tersebut tidak dapat selalu sesuai. 

Dalam contoh ini, tim tersebut berhasil menyelesaikan semua tugas yang direncanakan pada akhir Minggu ke-5 meskipun pada minggu-minggu sebelumnya, tugas yang diselesaikan ada yang tidak sesuai dengan rencana. 

FAQ (Frequently Asked Question)         

Bagaimana cara membuat burndown chart?

Berdasarkan asana.com, berikut ini adalah cara membuat burndown chart

Langkah 1: Buat Perkiraan Tugas

  • Bagi proyek menjadi tugas individu atau user story.
  • Tetapkan perkiraan jumlah setiap tugas atau user story. Hal ini dapat dibuat dalam satuan story point, jam kerja, atau unit pengukuran lain yang relevan.

Langkah 2:  Lacak Kemajuan Harian

  • Setiap hari, catat tugas atau user story yang telah diselesaikan.
  • Perbarui bagan dengan story point atau jam kerja yang telah diselesaikan pada hari itu.

Langkah 3: Hitung Tugas Aktual

  • Hitung tugas yang diselesaikan setiap hari dengan menjumlahkan total tugas atau user story yang diselesaikan.
  • Kurangi total tugas yang diselesaikan dengan perkiraan tugas total untuk mendapatkan tugas yang tersisa setiap hari.

Langkah 4: Dapatkan Data Akhir

  • Lanjutkan tracking dan perbarui kemajuan setiap hari hingga proyek selesai atau sprint berakhir.
  • Catat tugas yang tersisa setiap hari dengan data kemajuan harian.

Langkah 5: Buat Burndown menggunakan dataset yang ada

  • Buat bagan dua sumbu. Sumbu vertikal mewakili jumlah tugas yang tersisa, dan sumbu horizontal mewakili waktu.
  • Plot dataset pada grafik dan hubungkan titik-titik data untuk membentuk garis burndown.
  • Garis burndown menunjukkan kemajuan proyek dari waktu ke waktu dan menampilkan tugas yang tersisa.

Kata kunci lainnya

Mulai karirmu dalam

Product Management

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!
ikut kursus gratis
Daftar Isi