Story Point

Story point adalah unit yang digunakan dalam Agile untuk memperkirakan upaya yang diperlukan untuk menyelesaikan item dalam product backlog.

Product Management

Mau Belajar

Product Management

GRATIS?

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!

IKUT KURSUS GRATIS

Mau Belajar

Product Management

GRATIS?

Apa itu Story Point?

story point

Menurut productplan.com, story point adalah unit yang digunakan dalam Agile untuk memperkirakan upaya yang diperlukan untuk menyelesaikan item dalam product backlog

Item tersebut biasanya berupa dari user story atau cerita pengguna, namun juga dapat diterapkan pada tugas lain seperti perbaikan bug.

Story point membantu tim berfokus pada kompleksitas dan upaya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dibandingkan dengan menentukan deadline dengan waktu yang pasti. Menentukan deadline bisa jadi sulit karena berbagai ketidakpastian dan faktor yang memengaruhi proses pengembangan software.

Siapa yang Membuat Estimasi Story Point?

Berdasarkan wrike.com, estimasi story point dilakukan oleh product owner beserta tim pengembangan Agile.

Product owner akan memberikan informasi yang bermanfaat selama proses estimasi story point karena dia memiliki pemahaman yang dalam mengenai produk terkait. Namun, dia tidak secara langsung memperkirakan story point

Tim pengembanganlah yang akan membuat estimasinya karena mereka dianggap lebih mengetahui langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

Product owner berfokus pada perencanaan sprint (periode melakukan tugas pengembangan) dan item pada product backlog. Dalam merencanakan sprint, dia memberikan panduan tentang hasil yang diharapkan, nilai bisnis, atau prioritas item tertentu. 

Selain itu, dia dapat memfasilitasi dan memberikan klarifikasi terkait user story atau item backlog. Dengan demikian, tim pengembangan memiliki konteks yang diperlukan untuk membuat perkiraan yang tepat.

Pembagian tugas ini membantu memastikan bahwa perkiraan story point sesuai dengan kemampuan tim dan menjadi dasar yang kuat untuk keberhasilan eksekusi proyek Agile.

Mengapa Harus Menggunakan Story Point?

Melansir dari easyagile.com, berikut adalah beberapa alasan mengapa perlu menggunakan story point:

  • Estimasi cepat: Story point memungkinkan estimasi cepat untuk langkah dalam setiap item di backlog sehingga memfasilitasi sprint planning atau perilisan yang efisien.
  • Konsensus dan kolaborasi: Story point mendorong diskusi tim sehingga mereka dapat berbagi perspektif, ide, dan pengetahuan mereka. Kolaborasi ini membantu pemahaman bersama dan estimasi yang lebih akurat.
  • Menghindari deadline buatan: Story point tidak memaksakan deadline buatan seperti yang sering dilakukan estimasi berbasis waktu. Hal ini mengurangi tekanan sehingga tim dapat fokus menyelesaikan tugas secara efisien tanpa kendala yang tidak diperlukan.
  • Perencanaan dan prediksi yang lebih baik: Story point membantu dalam perencanaan lanjutan dan membantu tim menyesuaikan sprint berdasarkan kapasitasnya sehingga realistis dan dapat dicapai.
  • Meningkatkan komitmen: Saat tim yakin dengan kecepatan mereka (jumlah story point yang diselesaikan per sprint), mereka akan cenderung lebih berkomitmen pada pekerjaan yang direncanakan dan dapat melaksanakannya dengan percaya diri.
  • Meningkatkan akurasi: Story point memiliki tingkat akurasi yang cukup baik karena dapat melakukan estimasi terhadap apa yang dapat dilakukan oleh tim dalam waktu tertentu.
  • Mengakui ketidakpastian: Story point menekankan bahwa estimasi bukanlah komitmen tetap dan akan selalu ada tantangan tak terduga selama pengembangan. Hal ini memungkinkan tim untuk beradaptasi dan membuat keputusan sesuai kebutuhan.

Contoh Story Point

Berikut ini merupakan contoh sederhana untuk menetapkan story point ke user story dalam konteks proyek pengembangan software.

User story: “Sebagai pengguna, saya ingin dapat me-reset password untuk mendapatkan kembali akses ke akun saya.”

Selama proses estimasi, tim developer mempertimbangkan berbagai faktor seperti kompleksitas dan potensi risiko yang terkait dengan kisah pengguna ini. Mereka membahas langkah-langkah yang diperlukan, pertimbangan teknis, dan potensi tantangan.

Setelah diskusi, tim tersebut setuju bahwa user story ini termasuk dalam kategori kerumitan sedang, sehingga mereka memutuskan untuk memberinya nilai story point 3.

Dalam contoh tersebut, nilai story point 3 menunjukkan bahwa tim memperkirakan tingkat  kerumitan sedang untuk menerapkan fitur "Reset Password".

Story point yang ditetapkan tersebut akan membantu tim dalam perencanaan dan penentuan prioritas sprint. Mereka akan menggunakan perkiraan story point beserta kecepatan tim (jumlah rata-rata story point yang diselesaikan per sprint) untuk menentukan berapa banyak tugas dari yang dapat mereka lakukan dalam sprint mendatang.

FAQ (Frequently Asked Question)

Bagaimana cara membuat story point?                  

Berikut adalah cara membuat story point secara sederhana:

  • Perkenalkan story point: Pastikan tim memahami dasar-dasar dan manfaat story point dan menekankan sifat relatifnya. Misalnya, sebuah upaya dengan nilai 2 lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan tugas dengan nilai 1.
  • Tentukan urutan story point: Pilih urutan untuk menetapkan story point. Sebagai contoh, urutan Fibonacci (0, 0,5, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 20, 40, 100) adalah pilihan yang populer dalam Agile.
  • Buat matriks story point: Buat matriks dengan nilai story point yang meningkat yang mencerminkan upaya, kompleksitas, dan risiko yang terkait dengan tugas. Matriks ini dapat berkembang seiring waktu dan pengalaman.
  • Adakan pertemuan perencanaan Poker: Gunakan perencanaan Poker untuk memperkirakan story point untuk tiap user story. Dalam pertemuan ini, seluruh tim berpartisipasi sehingga mencegah bias
    Minta tiap anggota tim secara pribadi menentukan story point sehingga pada akhirnya dapat mencapai kesepakatan.
  • Rencanakan dan jalankan sprint: Gunakan perkiraan story point untuk melakukan sprint. Kemungkinan kecepatan sprint pada awalnya tidak diketahui, tetapi ia akan meningkat seiring waktu.
  • Tingkatkan estimasi: Setelah sebuah sprint selesai, diskusikan apa yang berjalan dengan baik dan apa yang dapat ditingkatkan. Gunakan feedback untuk meningkatkan proses estimasi dan evaluasi ulang urutan atau matriks jika perlu.

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program:

Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion.

Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program:
Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion.

Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Masih ragu? Coba dulu 3 hari, GRATIS
di Full-Stack Trial Class!

Rasakan pengalaman belajar di RevoU Full-Stack Program:

Kelas 100% LIVE, Mini portofolio lewat hands-on assignment, Bimbingan Team Lead & small group discussion.

Kalau cocok, kamu bisa lanjut daftar Full Program dengan kesempatan Fast-Track (skip semua tes seleksi masuk, langsung ke tahap akhir!)

Kata kunci lainnya

Mulai karirmu dalam

Product Management

Belajar di RevoU! Dapatkan skill digital paling in-demand langsung dari praktisi terbaik di bidangnya. Kelas online 100% LIVE, 1:1 career coaching, dan akses ke Community Hub dengan 6000+ member selamanya untuk support perkembangan karir kamu!
ikut kursus gratis
Menu