Apa itu Push Marketing?
Secara luas, strategi marketing terbagi ke dalam dua kelompok yaitu pull marketing dan push marketing. Kedua pendekatan ini sering dijalankan secara bersamaan, tapi tak jarang juga dijalankan terpisah.
Pull marketing atau disebut juga dengan inbound marketing adalah pendekatan pemasaran yang berfokus pada minat dan membangun interaksi dengan konsumen, sehingga konsumen secara sukarela mencari dan membeli produk yang ditawarkan perusahaan.
Sedangkan push marketing adalah pendekatan marketing yang lebih proaktif, di mana produsen atau penjual secara gencar mempromosikan produk atau jasa mereka secara langsung ke konsumen.
Push marketing disebut juga dengan outbound marketing atau direct marketing. Metode ini menggunakan strategi pemasaran agresif dan luas untuk mempromosikan produk mereka, dengan harapan mempersempit waktu pengambilan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian.
Jadi ketika orang-orang terpapar dengan metode pemasaran push marketing, tanpa disadari mereka akan tergoda dan memutuskan membeli meskipun barang itu tak diperlukan atau tak sesuai dengan keinginannya.
Push marketing identik dengan pemasaran tradisional, seperti mengiklankan produk di televisi atau majalah, memberi label diskon pada produk yang dijual di toko, dan penjualan langsung dari mulut ke mulut (word ouf mouth) seperti promosi oleh sales ke customer.
Kelebihan Push Marketing
Dirangkum dari Project Manager dan Corporate Finance Institute, ada beberapa kelebihan push marketing antara lain:
- Efektif membantu produsen membangun saluran penjualan dan mencari distributor untuk mempromosikan produk
- Efektif meningkatkan eksposur produk dan brand awareness, yang pada akhirnya meningkatkan permintaan produk (demand)
- Produsen dapat mengontrol demand, yang membuat demand dapat diprediksi
- Jika terdapat permintaan yang tinggi, produsen bisa menghemat biaya produksi
Kekurangan Push Marketing
Meski memperlihatkan hasil yang relatif cepat, ada beberapa kekurangan push marketing yaitu:
- Tim sales dan marketing harus bergerak aktif mencari pengecer dan distributor untuk menjual produk
- Tim sales dan marketing perlu memiliki kemampuan negosiasi yang baik dengan distributor untuk memastikan bahwa produk akan menguntungkan. Jika tidak, distributor atau pengecer akan ragu menjual produk tersebut.
- Pada awalnya, sulit untuk memperkirakan demand secara akurat
- Upaya pemasaran di awal proses cenderung menelan biaya yang mahal
- Karena berfokus pada hasil instan, penjualan produk lebih cepat mengalami penurunan
Contoh Push Marketing
Tidak sekali atau dua kali beredar di media sosial cerita pengalaman konsumen datang ke toko tertentu dengan mengincar satu produk, tetapi justru berakhir membeli produk lain. Tidak terkecuali dengan konsumen produk-produk smartphone.
Banyaknya detail spesifikasi produk kerap membingungkan bagi konsumen, sehingga penawaran yang kesannya “lebih baik” sangat mungkin membuat mereka berubah-ubah pilihan.
Misalnya, konsumen yang awalnya datang ke suatu toko gadget ingin membeli smartphone dengan spesifikasi standar. Kunjungannya itu bertepatan dengan perilisan smartphone baru model lipat sehingga sepenjuru ruangan di toko dipenuhi poster promosi besar-besaran.
Staf sales juga tidak lupa mengingatkan adanya produk baru di toko mereka sembari menjelaskan berbagai keuntungan membeli di hari itu. Semisal, setiap pembelian smartphone yang baru dirilis, pembeli berhak memilih aksesoris gratis dari casing hingga earbud. Penawaran pun dibuat terbatas hanya sampai besok pagi pukul 10.00.
Dengan cara itu, konsumen diliputi urgensi tingkat tinggi karena dihadapkan penawaran menarik tapi dengan waktu sempit. Karena itu bukan tidak mungkin, seseorang yang niat awalnya mengincar smartphone A, bisa berakhir membayar untuk smartphone Z. Begitulah bagaimana push marketing kerap dilakukan.
Namun, penting untuk diingat bahwa strategi push marketing harus digunakan dengan hati-hati untuk menjaga kepercayaan dan kepuasan konsumen. Jika konsumen merasa terlalu dipaksa atau ditipu, hal ini bisa berdampak negatif pada reputasi dan hubungan jangka panjang antara konsumen dengan perusahaan.
FAQ (Frequently Asked Question)
Kapan sebaiknya menggunakan metode push marketing?
Karena fokusnya membawa produk ke konsumen, push marketing biasanya digunakan oleh perusahaan start up dan perusahaan yang baru saja merilis produk atau layanan baru.
Metode ini juga cocok digunakan ketika produsen, baik perusahaan besar atau berupa UMKM, ingin meningkatkan penjualan dengan cepat. Karena itu push marketing biasanya dilakukan dengan agresif.
Misalnya, untuk menghabiskan stok di gudang atau karena produknya mendekati expired date, sebuah toko makanan menjual produknya dengan diskon besar-besaran untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Push marketing juga cocok dilakukan selama periode tertentu. Misalnya, pada saat bulan puasa toko-toko sudah mulai menempatkan hampers lebaran di rak display bagian depan atau dekat kasir.
Meski bisa diterapkan pada produk atau layanan apapun, barang yang dipasarkan dengan metode push marketing biasanya berupa produk makanan atau minuman dengan waktu terbatas, atau produk kolaborasi dengan pihak lain.
Sebagian besar perusahaan menerapkan push marketing dan pull marketing secara bersamaan untuk mendapat keuntungan yang cepat sekaligus membangun loyalitas konsumen.
Misalnya, perusahaan X mengiklankan produk di televisi sekaligus di media sosial dan website resmi perusahaan. Iklan produk di televisi akan mengarahkan konsumen ke produk, sedangkan konten promosi di media sosial dan website berpotensi mengarahkan konsumen ke penawaran produk perusahaan lainnya.