Apa itu MVP (Minimum Viable Product)?
Saat ini banyak perusahaan startup dengan produk yang unik. Beberapa contoh perusahaan startup di Indonesia yaitu Shopee, Gojek, Grab, dan Tokopedia.
Perusahaan startup adalah perusahaan yang baru merintis. Perusahaan startup biasanya bergantung pada modal investasi, memiliki sumber daya yang sedikit, serta pendapatan yang masih belum stabil.
Agar perusahaan bisa berkembang, maka mereka perlu memproduksi barang atau layanan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat dengan modal yang terbatas.
Pengusaha Eries Ries melalui bukunya Lean Startup memperkenalkan konsep MVP sebagai jalan keluar atas permasalahan tersebut.
Dirangkum dari berbagai sumber, minimum viable product atau MVP adalah versi produk terbaru dengan fitur yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pelanggan untuk membantu proses pengembangan produk di masa mendatang.
Premis utama di balik konsep MVP adalah memperhatikan apa yang akan dilakukan pengguna terhadap produk atau layanan.
Cara ini jauh lebih efektif dan dapat diandalkan dalam mendapatkan penilaian terhadap produk, dibandingkan membuat hipotesis, atau bertanya kepada pengguna apa yang akan dilakukan terhadap produk tersebut.
Dalam industri seperti pembuatan software, MVP dapat membantu tim produk menerima feedback secepat mungkin untuk menyempurnakan produk.
Tujuan MVP
Dikutip dari Product Nation, Eries Ries mendeskripsikan tujuan MVP adalah memungkinkan tim untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi valid tentang pelanggan dengan usaha yang minimal.
Sebuah perusahaan mungkin ingin mengembangkan dan membuat MVP karena tujuan berikut:
- Ingin merilis produknya secepat mungkin ke publik.
- Menguji ide produk dengan pengguna sebenarnya sebelum menetapkan anggaran besar untuk mengembangkan produk dengan fitur lengkap.
- Mempelajari target pasar perusahaan.
- Membantu meminimalkan waktu dan sumber daya, jika kemungkinan produk yang dirilis tidak berhasil.
Karakteristik Utama MVP
Dirangkum dari Techopedia dan Master Class, berikut karakteristik MVP yang baik:
#1 Memiliki nilai yang cukup sehingga orang mau menggunakannya
MVP yang baik harus memberikan informasi yang cukup mengenai produk akhir dan nilai dari produk tersebut ke pengadopsi awal produk.
Saat membuat MVP, pertimbangkan target pasar, potensi masalah, serta solusinya. Selain itu, pastikan MVP mengandung fitur inti dasar dari ide produk.
MVP mobil bisa berupa mobil yang hanya berisikan fitur utama yang memperlihatkan cara kerja mobil, seperti mesin untuk menggerakkan mobil, setir untuk mengarahkan laju mobil, dan rem untuk menahan geraknya.
Fitur-fitur di produk MVP memang sedikit karena lebih berfokus pada sisi fungsionalitasnya. Perusahaan tidak perlu menambah fitur entertainment seperti perangkat bluetooth di produk MVP.
#2 Produksi berbiaya rendah
Biasanya MVP diproduksi dengan biaya rendah karena produk hanya disertai fitur-fitur utama dari produk, tanpa fitur tambahan.
Seperti contoh di atas, MVP dari mobil adalah mobil dengan fitur utama, seperti kemudi, rem, gas, dan lain-lain tanpa fitur tambahan seperti entertainment, AC, atau fitur pada jok mobil yang membuat pengguna nyaman.
Karena tujuan dari MVP adalah mengomunikasikan kegunaan produk, serta mendapatkan feedback yang berharga mengenai fitur utama produk tersebut.
#3 Memiliki ruang untuk pengembangan produk di masa depan
Salah satu tujuan MVP adalah membuat produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Karena itu, MVP yang baik harus bisa berfungsi sebagai titik awal untuk pengembangan produk di masa mendatang.
Produk mungkin berubah secara drastis dari rencana awal berdasarkan feedback dari pengguna.
Artinya, pengadopsi produk bisa melihat visi dari produk akhir dan rencana pengembangan produk di masa mendatang.
Jenis MVP
Dikutip dari Master Class, terdapat 4 jenis MVP yaitu:
- Physical
MVP berupa produk fisik untuk menguji fitur-fitur pada produk, misalnya pada contoh mobil di atas.
- Product design
MVP bisa dalam bentuk desain produk, seperti sketsa, mock up, video demo, atau wireframe aplikasi atau website, yang menunjukkan fitur inti produk.
- Piecemeal
MVP piecemeal menggabungkan beberapa produk atau software untuk membuat prototipe kerja.
- Concierge
MVP concierge merupakan prototipe dari produk digital yang memerlukan tes manual, sebelum mengembangkan produk digital sepenuhnya.
Misalnya, Andi ingin membuat aplikasi rekomendasi buku. Sebelum membuat aplikasinya, Andi dapat mengumpulkan sekelompok orang dan meminta mereka untuk mengisi survei mengenai karakteristik buku yang disukai, dan menuliskan rekomendasi buku.
Setelah data tersebut terkumpul, barulah Andi bisa menyusun aplikasi rekomendasi buku.
Contoh MVP
Salah satu contoh MVP yang telah disinggung sebelumnya adalah MVP mobil, yang termasuk jenis MVP produk fisik.
Contoh lain dari MVP yang sukses adalah platform streaming Spotify.
Pada tahun 2006, banyak orang tidak mau membayar untuk streaming musik karena lagu bisa diakses secara gratis melalui situs seperti The Pirate Bay. Belum lagi saingannya dengan situs download lagu ilegal yang bertebaran.
Saat itulah, pendiri Spotify, Daniel Ek dan Martin Lorentzon, memiliki ide untuk membuat layanan streaming musik gratis dan menggunakan iklan untuk menghasilkan pendapatan.
Namun mereka harus menguji ide tersebut terlebih dulu karena ada banyak startup streaming musik yang diluncurkan dan gagal.
Mereka membuat MVP dalam bentuk aplikasi desktop yang hanya menawarkan satu fitur, yaitu streaming musik. Kemudian mereka menambahkan opsi bagi pelanggan untuk membayar biaya bulanan untuk pengalaman bebas iklan.
Hingga kini, Spotify terus berkembang dan menjadi salah satu platform streaming musik yang paling disukai.
FAQ (Frequently Asked Question)
Bagaimana cara membuat MVP?
Dirangkum dari Product Nation dan Net Solutions, berikut tahapan membuat MVP:
- Pastikan produk yang dibuat selaras dengan tujuan tim atau perusahaan.
- Identifikasi masalah spesifik apa yang bisa diselesaikan dengan produk yang ditawarkan, bisa melalui market research atau analisis kompetitif.
- Pilih tools dan pendekatan yang paling sesuai untuk merancang MVP.
- Luncurkan MVP dan biarkan digunakan publik untuk beberapa waktu. Setelah itu, kumpulkan feedback dari pengguna untuk menyempurnakan produk.